” Bodoh
Egois
Pecundang
Pengecut”
Umpatku
padanya …
dia
hanya mencibir dan berkelit…
“maaf
untuk itu aku tidak tahu mengapa aku melakukannya… itu hanya terjadi begitu
saja” ucapnya dengan polos dan mata terpejam.
“Kau
selalu seperti ini, menghindari kenyataan. bagaimana kamu menghadapi hidupmu di
masa depan? aku tak yakin kau bisa bertahan dengan rasa bersalahmu” cecarku
dengan emosi.
Dia
hanya mematung di depanku, diam dan merenung. Aku berada disampingnya hampir sepanjang
hidupku, aku tau sifatnya bahkan setiap raut emosi wajahnya begitulah aku
mengenalnya. selama ini aku khawatir dengan hidupnya yang kadang seperti bukan
miliknya, hanya menuruti setiap kata orang lain tapi masih takut menghadapi
orang lain yang mencibirnya.
“hey,
mengapa kamu begitu memikirkan apa kata orang? datanglah dan lihat apa
yang akan mereka perbuat padamu? apa kau akan diabaikan, dicibir, atau apapun
yang kau kira… bahkan kau tidak mencobanya!!!!!! aku membenci sifat kekanakanmu itu”.
Aku
bergeming didepannya, rasanya ingin kucakar wajah itu, ingin kuguncang bahunya
tapi itu sia-sia pada akhirnya aku yang juga sakit.
“aku
tahu bahwa keputusanku akan membuat orang lain marah dan membenciku tapi aku
merasa itu akan baik saja , di masa lalu aku selalu dikecewakan oleh orang lain
tapi aku tak pernah menyela mereka tak pernah mempertanyakan hanya berkata “tak
apa” dan itu terjadi tidak hanya sekali pada akhirnya semua akan kembali
baik-baik saja, kenapa aku tak boleh membuat keputusan itu sedang orang lain
dengan mudah melakukannya?” keningnya berkerut dan matanya tajam menatapku
mempertanyakan keegoisan orang lain.
Dia
selalu menang kalau berdebat soal ini. Aku tahu dia selalu ketakutan menemui
orang lain yang sudah ia kecewakan, bahkan tanpa sebab yang jelas selalu ia
hindari. Hari ini rencana orang lain sudah digagalkannya, bagaimana aku
menanggungnya? bagaimana aku menangani kekacauan yang ditimbulkannya?. Aku
memberanikan diri membuat sebuah rencana dengan teman-temannya agar dia bisa
menjalani hidup yang baik, kegiatan sosial bisa jadi solusi untuk karakternya
yang agak tertutup. Tapi tiba-tiba ia datang dengan sebuah masalah,
ketakutannya, panic disordernya kambuh, tiba-tiba ia berkata “aku tidak bisa”
dan berdiri di depanku untuk kesekian kalinya dan mengeluh.
Kuturunkan
nada suaraku dan berkata : “Kau tau orang lain mungkin akan membencimu,
mengatakan bahwa kau orang yang plin-plan tak punya visi hidup jika kau
bersikap seperti ini terus”
“aku
tau, akupun muak dengan diriku” ucapnya dengan suara bergetar…
“dia
muak denganku?…. ” pikirku dalam hati.
aku
berlalu meninggalkannya dalam diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar