Topi helm merupakan
salah satu cerpen karya A.A. Navis yang termuat dalam kumpulan cerpennya “Robohnya
Surau Kami” yang terbit pertama kali tahun 1986. Cerpen ini
berlatarkan suasana masyarakat padang pada tahun 80-an dan berlatar kota kecil
Padang panjang, cerita ini berkisah tentang kehidupan para pekerja di bengkel
kereta api dan betapa hebatnya sebuah topi helm di tangan seseorang.
Dalam cerpen Topi helm ini, A.A. Navis berusaha
menyajikan realita kehidupan masyarakat pada umumnya yang terkadang selalu memandang
sesuatu dengan berlebihan (sebuah benda) dan terkadang membuat seseorang itu
berbuat hal yang tak lazim. Tuan O.M. tokoh dalam cerpen ini adalah orang yang
sangat dihormati dan disegani di bengkel kereta api Padang panjang walaupun
tubuhnya pendek tapi orang-orang sangat segan kepadanya terlebih dengan sebuah
topi helm besar yang selalu ada diatas kepalanya, sehingga muncullah julukan Si
Topi Helm untuk tuan O.M., hal itu dapat diketahui dari penggalan cerpen
tersebut:
“Terjungjungnya topi
helm di atas kepala Tuan O.M. menjamin kelancaran kerja di bengkel kereta api
di kota kecil padang panjang. Meskipun Tuan O.M. itu pendek, tapi oleh topinya
yang besar itu, tersandang jugalah wibawanya sebagai opseter mesin di bengkel
itu. Dan oleh bawahannya dilengketkan julukan Si Topi Helm atas Tuan O.M. yang
oleh ayahnya sendiri dinamai Gunarso. Malah pakai R.M. pula di depannya sebab
turunannya. Demikian besar wibawnya, hingga kalau sekelompok orang mengobrol
selagi kerja di bengkel itu, lalu diantaranya membisikkan: ‘ ssst. Si Topi
Helm,’ maka berjungkir baliklah mereka bekerja dengan tekunnya”
Betapa sosok Tuan O.M. mewakili
orang-orang yang berwibawa di zamannya yang dengan ketegasannya sehingga
membuat anak buahnya sangat segan jika mendengar julukan ‘Topi helm’ disebut.
Ceritanya memang tidak berpusat pada
Tuan O.M. dengan topi helmnya saja, tetapi lebih kepada reaksi orang terhadap
kewibawaan yang dibawa oleh topi helm yang dikenakan oleh Tuan O.M., setelah
kepindahan Tuan O.M. ke Bandung diserahkan pulalah Topi helm besar itu kepada
salah satu anak buahnya yang beruntung. Tentu saja kepindaha kepemilikan topi
helm juga mengubah makna topi helm itu sendiri, seperti terlihat pada penggalan
cerpen tersebut:
“akan tetapi semenjak
Pak Kari (tukang rem di bengkel kereta api) menjadi pemilik baru topi helm yang
besar itu ia pun mendapat julukan. Bukan Si Topi Helm sebagaimana yang ditonggokkan
kepada Tuang O.M., melainkan ia mendapat julukan Si Gunarso. Berbeda dengan
Tuan O.M. yang tidak menyenangi julukannya Si Topi helm, Pak Kari malah merasa
bahagia dipanggil Si Gunarso. Bahkan
kadang-kadang ia merasakan dirinya sebagai Gunarso, Gunarso yang pendek dan
punya wibawa begitu ideal dalam pandangan Pak Kari yang bertumbuh pendek pula.”
Dari
semenjak topi helm berpindah pemiliklah plot cerita yang sebenarnya baru
dimulai oleh A.A. Navis, bagaimana seorang Pak Kari yang hanya seorang tukang rem
menjadi begitu bangga hanya dengan memiliki sebuah topi helm Tuan O.M. yang
sangat berwibawa. Pak Kari yang begitu menjaga topi helm layaknya sesuatu yang
sangat berharga bahkan lebih dari dirinya sendiri, ini terlihat dari penggalan
percakapan cerita ini:
“jawablah!. Kenapa kau
tinggalkan gerbongmu? Dan menjatuhkan dirimu ke sungai?” kata masinis dengan
nada yang tinggi.
“Topi saya...topi saya
jatuh. Di ...di...dilanggar je...je...jembatan dan jatuh ke su..sungai,” kata
Pak Kari gagap.”
“Oo, karena topi ini
jatuh, kau tinggalkan gerbongmu? Karena topi ini saja? Karena topi ini saja aku
harus mendorong kereta ini kembali? Karena topi ini saja yang jatuh? Bagus
benar kelakuanmu” kata masinis itu lagi seraya memandangi topi helm yang lekat
di kepala Pak Kari. Lalu dilemparkannya topi helm itu kedalam nyala api tungku oleh si masinis.
Sebuah benda ternyata memang bisa merubah seseorang begitu
jauh dan itulah yang terjadi pada Pak Kari yang terbius oleh sebuah kebanggaan
semu, pada sebuah julukan dan pada sebuah makna yang hanya Pak Kari rasakan
ketika memakai topi helm itu.
Selain mempunyai tema menarik, dan
plot campuran, cerpen ini juga menggunakan sudut pandang ketiga sebagai orang
yang menceritakan keseluruhan plot cerita ini. Cerita ini berkisah tentang kehidupan
para pekerja bengkel kereta api sebagai latar waktu dan suasana, sementara kota
kecil Padang panjang sebagai latar tempat.
Cerpen ‘Topi helm’ memang
menggambarkan obsesi seseorang terhadap sesuatu dan penghargaan yang tinggi
untuk sebuah benda untuk kepuasan diri
sendiri dan kebanggaan diri, hingga rela melakukan apapun bahkan mempertaruhkan
nyawanya. Kehadiran cerpen ‘Topi helm’ mampu membangkitkan emosi pembaca, di
samping itu juga memperkaya pembaca dengan berbagai pelajaran tentang kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar