27 Des 2011

[Esai] “Topi Helm” : Sebuah Makna Sebuah Julukan



Topi helm merupakan salah satu cerpen karya A.A. Navis yang termuat dalam kumpulan cerpennya “Robohnya Surau Kami” yang terbit pertama kali tahun 1986. Cerpen ini berlatarkan suasana masyarakat padang pada tahun 80-an dan berlatar kota kecil Padang panjang, cerita ini berkisah tentang kehidupan para pekerja di bengkel kereta api dan betapa hebatnya sebuah topi helm di tangan seseorang.
            Dalam cerpen Topi helm ini, A.A. Navis berusaha menyajikan realita kehidupan masyarakat pada umumnya yang terkadang selalu memandang sesuatu dengan berlebihan (sebuah benda) dan terkadang membuat seseorang itu berbuat hal yang tak lazim. Tuan O.M. tokoh dalam cerpen ini adalah orang yang sangat dihormati dan disegani di bengkel kereta api Padang panjang walaupun tubuhnya pendek tapi orang-orang sangat segan kepadanya terlebih dengan sebuah topi helm besar yang selalu ada diatas kepalanya, sehingga muncullah julukan Si Topi Helm untuk tuan O.M., hal itu dapat diketahui dari penggalan cerpen tersebut:
Terjungjungnya topi helm di atas kepala Tuan O.M. menjamin kelancaran kerja di bengkel kereta api di kota kecil padang panjang. Meskipun Tuan O.M. itu pendek, tapi oleh topinya yang besar itu, tersandang jugalah wibawanya sebagai opseter mesin di bengkel itu. Dan oleh bawahannya dilengketkan julukan Si Topi Helm atas Tuan O.M. yang oleh ayahnya sendiri dinamai Gunarso. Malah pakai R.M. pula di depannya sebab turunannya. Demikian besar wibawnya, hingga kalau sekelompok orang mengobrol selagi kerja di bengkel itu, lalu diantaranya membisikkan: ‘ ssst. Si Topi Helm,’ maka berjungkir baliklah mereka bekerja dengan tekunnya”
            Betapa sosok Tuan O.M. mewakili orang-orang yang berwibawa di zamannya yang dengan ketegasannya sehingga membuat anak buahnya sangat segan jika mendengar julukan ‘Topi helm’ disebut.
            Ceritanya memang tidak berpusat pada Tuan O.M. dengan topi helmnya saja, tetapi lebih kepada reaksi orang terhadap kewibawaan yang dibawa oleh topi helm yang dikenakan oleh Tuan O.M., setelah kepindahan Tuan O.M. ke Bandung diserahkan pulalah Topi helm besar itu kepada salah satu anak buahnya yang beruntung. Tentu saja kepindaha kepemilikan topi helm juga mengubah makna topi helm itu sendiri, seperti terlihat pada penggalan cerpen tersebut:
“akan tetapi semenjak Pak Kari (tukang rem di bengkel kereta api) menjadi pemilik baru topi helm yang besar itu ia pun mendapat julukan. Bukan Si Topi Helm sebagaimana yang ditonggokkan kepada Tuang O.M., melainkan ia mendapat julukan Si Gunarso. Berbeda dengan Tuan O.M. yang tidak menyenangi julukannya Si Topi helm, Pak Kari malah merasa bahagia dipanggil  Si Gunarso. Bahkan kadang-kadang ia merasakan dirinya sebagai Gunarso, Gunarso yang pendek dan punya wibawa begitu ideal dalam pandangan Pak Kari yang bertumbuh pendek pula.”
Dari semenjak topi helm berpindah pemiliklah plot cerita yang sebenarnya baru dimulai oleh A.A. Navis, bagaimana seorang Pak Kari yang hanya seorang tukang rem menjadi begitu bangga hanya dengan memiliki sebuah topi helm Tuan O.M. yang sangat berwibawa. Pak Kari yang begitu menjaga topi helm layaknya sesuatu yang sangat berharga bahkan lebih dari dirinya sendiri, ini terlihat dari penggalan percakapan cerita ini:
“jawablah!. Kenapa kau tinggalkan gerbongmu? Dan menjatuhkan dirimu ke sungai?” kata masinis dengan nada  yang tinggi.
“Topi saya...topi saya jatuh. Di ...di...dilanggar je...je...jembatan dan jatuh ke su..sungai,” kata Pak Kari gagap.”
“Oo, karena topi ini jatuh, kau tinggalkan gerbongmu? Karena topi ini saja? Karena topi ini saja aku harus mendorong kereta ini kembali? Karena topi ini saja yang jatuh? Bagus benar kelakuanmu” kata masinis itu lagi seraya memandangi topi helm yang lekat di kepala Pak Kari. Lalu dilemparkannya topi helm itu kedalam nyala api tungku  oleh si masinis.
            Sebuah benda ternyata memang bisa merubah seseorang begitu jauh dan itulah yang terjadi pada Pak Kari yang terbius oleh sebuah kebanggaan semu, pada sebuah julukan dan pada sebuah makna yang hanya Pak Kari rasakan ketika memakai topi helm itu.
            Selain mempunyai tema menarik, dan plot campuran, cerpen ini juga menggunakan sudut pandang ketiga sebagai orang yang menceritakan keseluruhan plot cerita ini. Cerita ini berkisah tentang kehidupan para pekerja bengkel kereta api sebagai latar waktu dan suasana, sementara kota kecil Padang panjang sebagai latar tempat.
            Cerpen ‘Topi helm’ memang menggambarkan obsesi seseorang terhadap sesuatu dan penghargaan yang tinggi untuk sebuah benda  untuk kepuasan diri sendiri dan kebanggaan diri, hingga rela melakukan apapun bahkan mempertaruhkan nyawanya. Kehadiran cerpen ‘Topi helm’ mampu membangkitkan emosi pembaca, di samping itu juga memperkaya pembaca dengan berbagai pelajaran tentang kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar