23 Sep 2014
22 Sep 2014
GALERI KENANGAN #ASRAMA
Karna ada Halaman yang harus dihapus jadi aku bikin post tentang foto-foto ini, back in the past; hello im from 2021 😀
first muallimat
isENG
acara DMS (Dauroh Maratus Sholihah)
Bidgar penitek ^^
bidgar bahasa
Kelulusan q_el
suasana rapat massal -___-
in the classroom
In The Dorm :D
Masih ... #alay
huftttt XD
Bercengkrama sebelum soskam 2011
Pengayaan Fisika Mr. Harry ~~
Kegiatan sebelum masuk kelas ~beberesih~ *telatWae* ^_^
Keluar Jurusan ~.~
UTS in GSG ~~~~~
"Bai'at Thulab pi yaumil khomis"
*Mutiara Ramadhan* ~panitianya di sisi :D~
Nemu foto ini di grup gkgkgkgkkgk
Habis Launching Proker Q_el *sebelum ke asrama Foto" dulu *
_Bongas Wetan_
anak-anak plkj sumber jaya ~~
PLDJ 2010 (Pendidikan Latihan Dasar Jurnalistik) - Radar tasikmalaya
Holla " #PLDJ in Radar
Olahraga season
8 Sep 2014
[Notes] - masih tentang SIST & BOB
Dia memandangiku dari jauh, dia
terlihat lebih gelap aku bahkan hampir tidak bisa melihatnya dari kejauhan;
tetapi dia memanggilku dengan keras dan menyuruhku datang mendekat.
”sist kau kemana saja?, kau selalu menghiraukan panggilanku akhir-akhir
ini bahkan tak jarang selalu berpura-pura tak melihatku “ ujarnya dengan
muka memelas sambil menyuruhku duduk dengan isyarat mata.
“ahhh bob, bukan seperti itu” aku tertawa dengan canggung
didepannya; aku memang kehilangan control diri akhir-akhir ini hingga bob pun
berkata seperti itu.
“lihat dirimu sist... kau seperti orang yang kehilangan arah, matamu
selalu kosong” bob menatapaku tajam.
“benarkah??? Aku terlihat begitu??” Ah bob hanya kau yang
menyadarinya.
“ahh kau kaget bahwa aku menyadarinya kan? Memang hanya akulah yang
sadar ... kalau bukan aku lalu siapa?” Bob tersenyum seakan apa yang aku
pikirkan sama dengan apa yang dia perkirakan, dan sayangnya memang begitu.
“aku hanya sedang berpikir tentang aku yang tidak bertanggung jawab”
aku mengeluarkan apa yang sebenarnya kurisaukan.
“bertanggung jawab? Apakah kau berbuat sesuatu yang salah? Ah aku tahu
ini hanya perasaanmu yang terlalu sensitif??” Bob dengan serius menatapku,
yang balik kutatap dengan lebih serius dalam diam.
“kau diam dan berarti itu benar ... sudahlah jangan terlalu serius
menghadapi hidup, hidup harus dijalani dengan bahagia; hanya itu” Bob
menyeringai dengan tawa khasnya, “rasanya
itu bukan aku”.
”ah aku selalu begini bob, jika aku tak sanggup melakukannya aku malah
lari; bukankah itu kekanakan? Rasanya ini memang tidak benar .. percayalah bob
dulu aku tak begini” aku menyeringai dengan kakunya sambil menghela nafas
yang berat.
“ehm, kau memang seperti itu ... kau memang kekanakan terkadang gak
percaya pada keyakinan diri sendiri dan malah lari; ya seperti itulah kamu sist
tapi setiap orang memang memiliki kelemahannya masing-masing apapun itu, ya itu
kelemahan kamu” bob hanya menatap langit dengan tenangnya sambil berbicara, “rasanya aku tidak pernah seperti itu”.
Aku juga menatap langit sambil
menggumam “jika aku tak berada ditempat
yang sama seperti sekarang, akankah semua berbeda? Ah pikiran itu selalu
terlintas di benakku bob, bukankah itu konyol selama 3 tahun terakhir atau
mungkin selama belasan tahun ini, itu yang selalu kupikirkan ketika aku merasa
buruk”
“yah aku tentu tahu, kau selalu mengatakannya hampir setiap kita
bertemu ... itu Cuma pembelaan alami pikiranmu sist, tapi aku akan
mengatakannya juga entah keberapa kalinya; dimanapun kau siapapun kau menjadi,
kau akan tetap menjadi kau bukankah ini tempat yang berbeda yang kau janjikan
bahwa kau akan berubah dan sekarang apa yang kau katakan? Kau ingin tempat lainnya?
Tak ada lagi yang lainnya” bob tetap menegakkan kepalanya ke langit seakan
mungkin aku ini tak ada di sampingnya, “aku
rasa aku tak pernah bisa sepertinya berbicara tanpa pernah merasa ter-provokasi,
bahkan aku tak pernah aku sepenuhnya”
“inilah caranya bertahan hidup bob, kau harus jadi ikan tanpa pernah
bisa hanyut ... kalau mungkin kau bisa jadi ikan salmon yang menantang arus;
seperti itulah hidup yang sesungguhnya” bob kemudian menatapku dengan
senyum mantapnya dengan mata besarnya.
“aku memang selalu menjadi aku bob, sebanyak atau sesering apapun aku
meminta penadapatmu aku tetap berdiri diatas kakiku sendiri” aku terkekeh
pada akhirnya mengakhiri sesi kali ini dengan tawa aneh.
“seperti itulah kamu sist; tak ada yang dapat menanganimu” tawa bob
juga pecah pada akhirnya.
Perbincangan kami memang selalu berat, karna memang inilah kami ada untuk saling ada ketika dibutuhkan; itu tidak setiap hari bahkan kami hanya bertemu dalam dunia yang apa saja bisa terjadi kami dihidupkan hanya lewat kata-kata dan kalimat. Seperti itulah aku dan bob, kisah yang tak berujung juga tak berawal.