“Bob, bagaimana
kau mengakhiri tahun ini? Aku
mengakhirinya dengan kacau balau rasanya. “ sist berceloteh ketika kembang api
bertebaran di langit nan gelap, menatap dengan tatapan kosongnya yang lebih
seperti lamunan dimataku.
“Bob sepertinya
semua orang salah memahamiku… atau
memang aku yang tak memahami situansinya dan terlalu bodoh untuk mengerti????
aku kebingungan, mereka mengatakan bahwa aku terlalu lemah; really? Apa aku
terlihat begitu menyedihkan sampai harus dikasihani seperti itu? “ Hmmhmm
…*deep sigh*
“mengapa kau
beranggapan seperti itu sist? Memangnya kau cenayang yang mengetahui segala sesuatu dengan sendirinya, huh? Pemahaman
seseorang adalah karna mereka memahami apa yang terlihat dan bukan apa yang kau
ingin mereka pahami; okay? ” aku menggapi cerita sist diawal perjumpaan
kami setelah beberapa saat dengan candaan.
“ah bob, ini
serius … what I mean, why people care about someone do for me? Not about why
they care but why now? Before this war, what they mind? Just circumstances, I think.
“ sist menghela napas kembali.
“ur English so
bad, aku tau yang kamu takutkan adalah rasa kasihan itu kan? Rasa tak mampu
untuk menjadi manusia yang selalu kau khotbahkan …. Yeahhh, mungkin di masa
lalu ada hal-hal yang tak bisa dikatakan karna bukan saatnya; siapa tau kan, tak
Ada yang mengerti apa yang dipikirkan manusia sama sepertimu sist” aku mengoceh
lagi untuknya.
“I know my
English so bad, tapi untuk hal-hal yang bahkan aku tak bisa menulisnya dengan
bahasa yang biasa aku gunakan rasanya terlalu … yeah u know, aku tau ketakutanku pada pandangan orang
tentangku berlebihan ‘bob’ tapi itulah yang terjadi; aku hanya orang yang
adanya apa pada aku. Just me… mereka bahkan bukan orang yang selalu ada ketika
aku jatuh dan tentunya hanya berkomentar tanpa solusi, its delusional” Dan sist
bahkan mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti, rasanya apa yang kami
bicarakan tidak berbanding lurus, yah itu memang selayaknya kami.
“sist apakah
tahun baru ini kau bahkan tidak menginginkan perubahan dalam hal ini???? “ aku
mengecohnya dengan pertanyaan ini, aku tau bahwa sist bahkan tidak akan bisa
bangkit dari berbagai pikiran negatifnya jika aku tidak selalu menjadi
pendengarnya.
“ah entahlah
bob, kau tau aku seperti ini bahkan sejak kita belom dipertemukan dalam cerita
ini… haha” dia tertawa seakan apa yang kukatakan adalah hal yang mustahil,
ucapannya sekali lagi akan membuat orang kebingunan “sist, sist .. bahkan dia
tak bisa mengontrol apa yang kautulis tapi selalu mengontrol apa yang ada
didunia nyatamu, perbandingan terbalik” deep sigh.
“hei bob, kau
hanya menanggapiku daritadi ceritakan tentangmu sekarang… hmm? Ada yang terjadi
biasanya kau selalu menangis jika bertemu denganku” sist menyidirku tentang
sikap antisosial yang seringkali kambuh padaku, rese.
“yeah sist, saat
ini aku tidak ingin membahasnya; sist kau percaya pertanda? Seperti kejadian
atau hal-hal yang berulang mungkin berkaitan satu dengan yang lainnya dan
menandakan sesuatu? Ahhh … saat ini aku frustasi dengan pertanda-pertanda itu,
sesuatu itu muncul berkali-kali dan mengindikasikanku kepada seseorang dan itu
membuatku hampir mempercayai semua itu, tapi lalu aku sadar apakah ini nyata?
Ahh ini hanya aku yang mengalaminya yeah hanya ilusi pikiran yang menuntunku
pada pertanda-pertanda itu karna aku menginginkan dukungan atas apa yang kurasakan; jangan
bicara dulu sist, aku memang egois” aku bahkan sudah memotong pembicaraan sist
sesaat sebelum dia mulai bicara “aku hanya malu dengan apa yang kurasakan,
sist; kau pasti akan menertawaiku jika aku mengatakan apa yang aku rasa dan
mulailah datang pertanda-pertanda itu yang aku kira sebuah kilasan bahwa feel
yang aku rasakan memang benar ” aku memalingkan wajah agar sist tak melihat
muka kusutku saat membicarakan hal ini, ah ini memalukan untukku.
“bob, apa yang
kau rasakan yang tak bisa kau ceritakan? Hmm.. sepertinya aku tau, for someone?
Yeah itu hal yang wajar dan pertanda-pertanda itu? Jangan jadi korban pertanda
seperti rahmi bob; yah walaupun pertanda yang dialami rahmi berakhir happy
ending tapi siapa yang tau bahwa pertandamu itu juga benar. Right?” sist
tersenyum kali ini, menghangatkanku dengan kekakuan yang sempat kutebar.
“aku sudah sadar
sist, tak seharusnya aku mempercayai hal itu namun benang merah didalamnya tak
dapat aku sangkal and of course it’s a suddenness” menghela napas untuk sekian
kalinya.
“oke bob, kau
tak bisa melanjutkan semua pertanda dan benang merahmu; dan aku akan berdiri
kembali untuk membuktikan bahwa aku tidak semenyedihkan yang mereka kira
sehingga aku harus dikasihani” sist selalu menjadi orang yang pertama bangkit
dengan mood yang baik, yah dia seorang moodBuster; selalu.
Dan kami akan
melihat bersama apa yang akan terjadi esok, hari ini biarkan menjadi hari ini.