Angin yang berhembus seakan membawa diriku melayang, tembus ke alam pikiran dan berkelana jauh di batas mimpi. Gemercik hujan yang dengan merdunya mengawali hari dan berduet dengan angin membuatku tidak ingin bangkit dari tempat tidur, kututup mata dengan khidmat dan mulai meraba sekelilingku dengan samar berusaha menemukan kacamataku dan kemudian menatap jendela kamarku. Desahan nafas pagi ini mengawali hari dengan bosannya dan berusaha mencerna lagi bagaimana kita akan melewati hari.
Minggu ini aku tinggal sendiri
dan merasa damai hanya ingin berbaring ditempat tidur dan menikmati hari tanpa
bergerak, sungguh naif hidupku ini begitu membosankan. Aku harus membuatnya
berbeda kali ini, itu sudah pasti aku bertekad akan memikirnya dengan sungguh
agar waktu akhir pekanku maksimal untuk kunikmati.
Opsi 1
Mungkin aku bisa berkeliling kota
sambil mendengarkan musik dan mencari inspirasi untuk menulis dan sekalian mengambil
momen untuk ilustrasi tulisanku. Tapi kumulai dengan pertanyaan di kepalaku;
“Bukankah itu sangat
melelahkan untuk dilakukan? Kamu hanya akan mendapatkan rasa lelah dari semua
itu tanpa hasil yang pasti, apakah kau menjamin dengan berkeliling tanpa tujuan
kau akan menghasilkan sebuah tulisan atau sebuah kegiatan yang bermanfaat?
Dengan kau berdiam di rumah pun kau bisa berkeliling dalam imajinasimu itu
lebih praktis dilakukan, kau bisa menonton berbagai film dan menjelajah tanpa
kepanasan dan lelah.”
Benar sekali, itu sebenarnya
bukanlah hal yang bijak karna aku hanya akan beraktivitas tanpa tujuan yang
pasti dan aku benci menjadi lelah aku sudah cukup lelah selama pekan ini dan
hanya ingin menikmati liburan akhir pekan dengan damai opsi ini mungkin akan
kuabaikan.
Opsi 2
aku bisa mengunjungi perpustakaan
nasional dan membaca disana mengambil buku yang menarik kemudian meminjamnya,
ini adalah yang pasti bukan hanya berjalan tanpa tujuan aku menggumam dengan
santainya dan merencanakannya dari pagi hari. Hari Sabtuku dimulai dengan
lambat dengan menghemat energi dan membuka berbagai sosial media yang tidak
bertujuan membuatku bersosial tapi menjadi semakin apatis, terik matahari
meninggi tapi aku terus berpikir ini terlalu pagi untuk beranjak tunggu sampai Matahari
agak meninggi. Kemudian sebuah suara dipikiranku bergumam;
“Hei kau harus ingat bahwa
perpustakaan di akhir pekan hanya beroperasi hingga jam 4pm, itu artinya jika
kau berangkat tengah hari dan sampai setelah satu jam; kau hanya punya waktu 3
jam disana dan itu tidak cukup. Sepertinya opsi kedua juga tidak akan
terlaksana karna ini sudah tengah hari, kau hanya bisa memilih buku disana
tanpa sempat membacanya.”
Aku gusar karna ketika aku
memilih buku untuk kubaca harus ada semacam ikatan dan sesuatu yang membuatku
penasaran sekaligus nyaman hingga aku bisa membacanya dengan fokus dan menyelesaikannya.
Jadi memerlukan waktu yang lama hingga kita bisa menemukan bacaan yang nyaman dan
itu tak akan tercapai hanya dalam waktu 3 jam, aku menggerutu dengan kesal
karna salah memperhitungkan waktu yang tepat untuk pergi. Bagiku waktu yang
tepat sungguhlah sulit aku selalu kesusahan untuk memperkirakannya (time
blindness).
Naskah yang terlintas dipikiran orang yang terlalu nyaman dengan
keheningan dan energi sosial yang habis ketika akhir pekan. Dulu kala 3 tahun
ke belakang aku mungkin orang masih aktif untuk berkeliling dan bersosialisasi,
tapi seiring waktu dan pandemi menyerang segalanya seakan berubah. Pernahkah kalian
merasa tidak menjadi dirimu setelah beberapa waktu?
How’s was your days? Its just
a day for now.