25 Sep 2023

[PART 1] MEMOAR KECIL : BAPAK

saya ingat saat kecil seringkali bermain dan diasuh oleh kakek dan nenek dari pihak ibuku, saya memanggil mereka dengan sebutan Bapak dan Mamah. saya kala itu masih satu-satunya cucu perempuan pertama di keluarga ibuku sehingga apa yang kesebut akan diikuti oleh semua adik dan sepupuku di masa depan.Ibuku mengajar SD dari pagi sampai sore mulai hari senin hingga sabtu, Bapak dan mamah seringkali mengurusku bergantian dengan nenek dari pihak ayahku. Bapak dan mamah bertani, berkebun mereka mengurus padi, kebun, ikan, ayam semua mereka lakukan bahkan bapak punya alat penggilingan kelapa dan singkong sehingga orang-orang di kampung acapkali berkunjung ke rumah bapak setiap harinya.

Bapak adalah seorang pekerja keras, sepanjang ingatanku bapak melakukan semua yang dia bisa tak pernah sehari pun beliau menganggur; bapak seringkali bergurau kalau tidak bekerja beliau malah sakit badan. Beliau juga orang yang senang bergaul dan bergabung dalam acara keagamaan di kampung dan salah satu pelopor salah satu ormas sehingga beliau juga dihormati kala itu. Walaupun bukan orang yang hangat dalam berbicara dan bercerita tetapi beliau selalu memberikan apa yang diinginkan oleh cucunya. saya ingat sebelum masa sekolah dasar, ketika ada penjual keliling dan uang dari ibuku habis lalu akan lari ke bapak atau mamah dan meminjam uang yang tentu saja mereka berikan dengan cuma-cuma 🙂.

Saya sering ikut dalam kegiatan Bapak, salah satunya adalah memancing. Setelah memancing, kami biasanya akan memotong tebu yang tumbuh di sekitar kolam dan memotongnya menjadi potongan kecil, saya bersama sepupu akan mengunyahnya perlahan sambil menikmati manisnya tebu di bawah sinar matahari terik. Terkadang kami para cucu bermain di sawah atau kolam, semuanya dibebaskan tak ada larangan kami tak boleh bermain kotor atau tidak. Rumah bapak berdekatan dengan adik perempuan dan laki-lakinya sehingga sayapun kerapkali dijaga oleh nin dari bapak (beliau adalah orang berjasa dan banyak yang kusesalkan dalam kepergiannya). 

"Dalam hal kemampuan menggunakan tenaga dan kreativitas, tidak ada yang bisa menandingi Bapak. Bahkan, beliau mampu mengubah halaman rumahku menjadi seperti taman dengan beragam tanaman yang sangat indah. Jika ada kontes merawat dan menata tanaman, saya yakin Bapak pasti akan menjadi juara. Bapak memiliki keahlian dalam menanam pohon boxwood (buxus) dan merangkainya sampai setinggi  ±2 meter kemudian membentuknya menjadi berbagai bentuk menara kecil yang memukau. Ketika baru saja dipangkas dan dibentuk, tanaman ini sangat cantik.


ILUSTRASI GAMBAR

Selain itu, Bapak juga menata tanaman buxus yang lebih rendah menjadi seperti pagar yang mengelilingi halaman. Ketika musim hujan tiba, halaman akan menjadi hijau dan menyegarkan, sangat indah untuk dilihat. Bahkan gerbang samping rumahku juga tak luput dari keahlian Bapak. Beliau menanam garlic vine yang menjalar di atas gerbang, membentuknya melengkung dan Ketika bunganya mekar, warna ungu yang indah dan rindang menciptakan pemandangan yang memukau. Saat melewati gerbang samping, rasanya seperti masuk ke dalam negeri dongeng, meskipun harus diingat bahwa bunganya memiliki aroma yang kurang sedap, jadi hanya enak untuk dipandang 😂.

ILUSTRASI GAMBAR

Kolam ikan kami selalu subur di tangan Bapak. Kami sering mengurasnya untuk hajatan di kampung, dan ikan yang dihasilkan selalu besar. Di bagian belakang halaman rumah, terdapat berbagai jenis tanaman seperti sosim, sereh, pohon pisang, dan singkong - semuanya tumbuh subur. Di rumah Bapak, bahkan ada sebuah pohon jambu yang lebat. Ketika saya masih kecil, saya sering memanjatnya dengan gembira."

"Kami juga sering melakukan perjalanan jauh bersama. Pamanku menikah dan rumah istrinya berada jauh di atas gunung, sehingga setiap beberapa bulan, kami akan mengunjunginya. Desa tempat mereka tinggal terletak jauh di atas gunung, dan perjalanan menuju kesana benar-benar menegangkan. Bahkan, tanjakan Nagreg yang terkenal pun terasa tidak seberapa dibandingkan dengan jalanan ini.

Kami harus menggunakan ojek motor untuk kesana dan melewati setiap tanjakan, beberapa di antaranya ada yang melingkar, bahkan ada yang kemiringan tanjakannya hampir mencapai 45 derajat. Jalur tersebut berbatu dan berliku-liku. Saat itu, saya selalu berdoa ketika melintasi tanjakan dan turunan, karena rasanya seperti nafas kita terhenti sesaat (seakan-akan naik roller coaster, haha). Perjalanan itu melelahkan, tetapi tak sekalipun Bapak dan mamah mengeluh. Beliau selalu bersedia melakukan perjalanan jauh untuk mengunjungi menantu dan cucunya dengan senang hati."

"Suatu siang, kami sekeluarga baru saja mengunjungi seorang saudara yang sakit. Setelahnya, kami memutuskan untuk pulang dan berjalan kaki sejauh beberapa kilometer di bawah terik matahari. Bapak, bagaimanapun, memutuskan untuk memotong jalan pintas melalui persawahan, yang saat itu hanya tampak seperti hutan dan ladang. Meskipun kami tidak melihat jalur yang jelas, saya dan sepupu mengikuti Bapak untuk waktu yang cukup lama. Kami berjalan di antara tanaman padi, merasakan matahari yang menyengat, dan akhirnya, kaki kami dipenuhi dengan jejak rumput liar. Pada saat itu, yang kami rasakan adalah kelelahan dan rasa gatal di kaki. 

Namun, sekarang saya bisa merasakan sensasi lain dari kenangan ini. Saya dapat mencium harum tanah dan menikmati pemandangan yang memanjakan mata. Bukankah ini sangat mengagumkan? Waktu berlalu, dan saat matahari mulai turun ke peraduan, kami tiba di persawahan di selatan kampung, yang berdekatan dengan kuburan keluarga dan di bawah pohon besar yang kami kenal dengan sebutan 'pohon Bunut'.

Cerita-cerita diatas adalah sebagian kenangan yang kuingat dengan samar, sebuah kenangan yang hidup di pikiranku dalam waktu yang lama. Bapak telah meninggal ketika saya kuliah, bertahun sakit dalam jangka panjang telah membuat tubuhnya begitu menderita. Bapak selalu melakukan pekerjaan seumur hidupnya, tentu berbaring di tempat tidur sangat menyakitkan tapi beliau saat ini telah tenang kembali ke yang Maha Kuasa.