saya ingat
saat kecil seringkali bermain dan diasuh oleh kakek dan nenek dari pihak ibuku,
saya memanggil mereka dengan sebutan Bapak dan Mamah. saya kala itu masih
satu-satunya cucu perempuan pertama di keluarga ibuku sehingga apa yang kesebut
akan diikuti oleh semua adik dan sepupuku di masa depan.Ibuku mengajar SD dari
pagi sampai sore mulai hari senin hingga sabtu, Bapak dan mamah seringkali
mengurusku bergantian dengan nenek dari pihak ayahku. Bapak dan mamah bertani,
berkebun mereka mengurus padi, kebun, ikan, ayam semua mereka lakukan bahkan
bapak punya alat penggilingan kelapa dan singkong sehingga orang-orang di
kampung acapkali berkunjung ke rumah bapak setiap harinya.
Bapak adalah
seorang pekerja keras, sepanjang ingatanku bapak melakukan semua yang dia bisa
tak pernah sehari pun beliau menganggur; bapak seringkali bergurau kalau tidak
bekerja beliau malah sakit badan. Beliau juga orang yang senang bergaul dan
bergabung dalam acara keagamaan di kampung dan salah satu pelopor salah satu
ormas sehingga beliau juga dihormati kala itu. Walaupun bukan orang yang hangat
dalam berbicara dan bercerita tetapi beliau selalu memberikan apa yang
diinginkan oleh cucunya. saya ingat sebelum masa sekolah dasar, ketika ada
penjual keliling dan uang dari ibuku habis lalu akan lari ke bapak atau mamah
dan meminjam uang yang tentu saja mereka berikan dengan cuma-cuma 🙂.
Saya sering
ikut dalam kegiatan Bapak, salah satunya adalah memancing. Setelah memancing,
kami biasanya akan memotong tebu yang tumbuh di sekitar kolam dan memotongnya
menjadi potongan kecil, saya bersama sepupu akan mengunyahnya perlahan sambil
menikmati manisnya tebu di bawah sinar matahari terik. Terkadang kami para cucu
bermain di sawah atau kolam, semuanya dibebaskan tak ada larangan kami tak
boleh bermain kotor atau tidak. Rumah bapak berdekatan dengan adik perempuan
dan laki-lakinya sehingga sayapun kerapkali dijaga oleh nin dari bapak (beliau
adalah orang berjasa dan banyak yang kusesalkan dalam kepergiannya).
"Dalam hal kemampuan menggunakan tenaga dan kreativitas, tidak ada yang bisa menandingi Bapak. Bahkan, beliau mampu mengubah halaman rumahku menjadi seperti taman dengan beragam tanaman yang sangat indah. Jika ada kontes merawat dan menata tanaman, saya yakin Bapak pasti akan menjadi juara. Bapak memiliki keahlian dalam menanam pohon boxwood (buxus) dan merangkainya sampai setinggi ±2 meter kemudian membentuknya menjadi berbagai bentuk menara kecil yang memukau. Ketika baru saja dipangkas dan dibentuk, tanaman ini sangat cantik.
ILUSTRASI
GAMBAR
Selain itu,
Bapak juga menata tanaman buxus yang lebih rendah menjadi seperti pagar yang
mengelilingi halaman. Ketika musim hujan tiba, halaman akan menjadi hijau dan
menyegarkan, sangat indah untuk dilihat. Bahkan gerbang samping rumahku juga
tak luput dari keahlian Bapak. Beliau menanam garlic vine yang menjalar di atas
gerbang, membentuknya melengkung dan Ketika bunganya mekar, warna ungu yang
indah dan rindang menciptakan pemandangan yang memukau. Saat melewati gerbang
samping, rasanya seperti masuk ke dalam negeri dongeng, meskipun harus diingat
bahwa bunganya memiliki aroma yang kurang sedap, jadi hanya enak untuk
dipandang 😂.
ILUSTRASI GAMBAR
Kolam ikan
kami selalu subur di tangan Bapak. Kami sering mengurasnya untuk hajatan di
kampung, dan ikan yang dihasilkan selalu besar. Di bagian belakang halaman
rumah, terdapat berbagai jenis tanaman seperti sosim, sereh, pohon pisang, dan
singkong - semuanya tumbuh subur. Di rumah Bapak, bahkan ada sebuah pohon jambu
yang lebat. Ketika saya masih kecil, saya sering memanjatnya dengan
gembira."
"Kami
juga sering melakukan perjalanan jauh bersama. Pamanku menikah dan rumah
istrinya berada jauh di atas gunung, sehingga setiap beberapa bulan, kami akan
mengunjunginya. Desa tempat mereka tinggal terletak jauh di atas gunung, dan
perjalanan menuju kesana benar-benar menegangkan. Bahkan, tanjakan Nagreg yang
terkenal pun terasa tidak seberapa dibandingkan dengan jalanan ini.
Kami harus
menggunakan ojek motor untuk kesana dan melewati setiap tanjakan, beberapa di
antaranya ada yang melingkar, bahkan ada yang kemiringan tanjakannya hampir
mencapai 45 derajat. Jalur tersebut berbatu dan berliku-liku. Saat itu, saya
selalu berdoa ketika melintasi tanjakan dan turunan, karena rasanya seperti
nafas kita terhenti sesaat (seakan-akan naik roller coaster, haha). Perjalanan
itu melelahkan, tetapi tak sekalipun Bapak dan mamah mengeluh. Beliau selalu
bersedia melakukan perjalanan jauh untuk mengunjungi menantu dan cucunya dengan
senang hati."
"Suatu
siang, kami sekeluarga baru saja mengunjungi seorang saudara yang sakit.
Setelahnya, kami memutuskan untuk pulang dan berjalan kaki sejauh beberapa
kilometer di bawah terik matahari. Bapak, bagaimanapun, memutuskan untuk
memotong jalan pintas melalui persawahan, yang saat itu hanya tampak seperti
hutan dan ladang. Meskipun kami tidak melihat jalur yang jelas, saya dan sepupu
mengikuti Bapak untuk waktu yang cukup lama. Kami berjalan di antara tanaman
padi, merasakan matahari yang menyengat, dan akhirnya, kaki kami dipenuhi
dengan jejak rumput liar. Pada saat itu, yang kami rasakan adalah kelelahan dan
rasa gatal di kaki.
Namun,
sekarang saya bisa merasakan sensasi lain dari kenangan ini. Saya dapat mencium
harum tanah dan menikmati pemandangan yang memanjakan mata. Bukankah ini sangat
mengagumkan? Waktu berlalu, dan saat matahari mulai turun ke peraduan, kami
tiba di persawahan di selatan kampung, yang berdekatan dengan kuburan keluarga
dan di bawah pohon besar yang kami kenal dengan sebutan 'pohon Bunut'.
Cerita-cerita
diatas adalah sebagian kenangan yang kuingat dengan samar, sebuah kenangan yang
hidup di pikiranku dalam waktu yang lama. Bapak telah meninggal ketika saya
kuliah, bertahun sakit dalam jangka panjang telah membuat tubuhnya begitu
menderita. Bapak selalu melakukan pekerjaan seumur hidupnya, tentu berbaring di
tempat tidur sangat menyakitkan tapi beliau saat ini telah tenang kembali ke
yang Maha Kuasa.